Sekelompok peretas yang mengatasnamakan 'Peretas Indonesia' menembus
sejumlah situs web di Australia dan mengganti tampilan halaman tersebut
dengan tulisan berbahasa Indonesia dan Inggris.
Serangan lewat
jalur internet ini menurut para peretas, dilakukan sebagai balasan
setelah muncul tuduhan pemerintah Australia bekerjasama dengan Amerika
Serikat melakukan penyadapan dan memata-matai pemerintah Indonesia.
Berbagai situs
beridentitas akhir .com.au atau .net.au yang diretas sejak Minggu
(3/4/2013), diduga tak punya afiliasi apa pun dengan pemerintah
Australia.
Sejumlah media setempat dan internasional yang memberi perhatian besar pada kasus ini menyebut diantara korban retasan terdapat situs internet jasa binatu, layanan perbaikan ledeng, serta usaha bisnis kecil lainnya.
Sejumlah media setempat dan internasional yang memberi perhatian besar pada kasus ini menyebut diantara korban retasan terdapat situs internet jasa binatu, layanan perbaikan ledeng, serta usaha bisnis kecil lainnya.
Pada halaman yang diretas, hacker menulis
kalimat seperti "Maaf Admin, ini bukan lawakan atau impian ini nyata,"
dengan huruf berwarna biru.
Kemudian pada baris berikutnya dengan
tulisan berwarna merah, tertulis "Katakan pada pemerintah kalian
hentikan kegiatan mata-mata ilegal terhadap warga Indonesia", seperti
yang muncul di situs brisbanetimberwindows.com.au.
Di halaman
tersebut peretas juga memasang lagu Indonesia Pusaka, karya Ismail
Marzuki, yang dinyanyikan dalam versi rock dan diimbuhi dengan pidato
proklamator Ir Sukarno.
Tidak ketinggalan muncul pula sesosok gambar kartun berbaju merah di
bagian paling atas halaman, nampak tengah membawa tongkat dengan bendera
merah putih.
Jim Geovedi (lahir 28 Juni 1979) adalah seorang pakar keamanan teknologi informasi ternama asal Indonesia yang berfokus pada penemuan celah keamanan komputer dan jaringan dengan kekhususan sistem telekomunikasi dan satelit. BBC News
menjulukinya sebagai sosok yang "tidak mirip seperti penjahat Bond...
tetapi memiliki sejumlah rahasia yang akan mereka kejar habis-habisan".
Pada tahun 1998-1999, setelah lulus SMA, Geovedi menjalani kehidupan jalanan yang keras di Bandar Lampung
sebagai seniman grafis. Setelah seorang memperkenalkannya
dengan komputer dan internet, ia mulai belajar secara otodidak dan
menelusuri ruang obrolan para peretas ternama dunia.
Tahun 2001, Geovedi mendirikan C2PRO Consulting, perusahaan konsultan TI umum untuk lembaga pemerintahan. Ia juga mendirikan dan mengoperasikan perusahaan konsultan keamanan TI Bellua Asia Pacific pada tahun 2004, kemudian berubah nama menjadi Xynexis International. Ia lalu mendirikan perusahaan jasa keamanan Noosc Global pada tahun yang sama. Ketika sistem telekomunikasi nirkabel baru masuk Indonesia tahun 2003, Geovedi sudah diminta menjadi pembicara di Kuala Lumpur tentang bahaya sistem tersebut. Pada tahun 2004, ia disewa Komisi Pemilihan Umum untuk mencari tahu pelaku penjebol pusat data penghitungan suara pemilu dan berhasil.
Geovedi mengaku pernah meretas dua satelit Indonesia dan Cina milik para kliennya. Saat itu ia diminta menguji sistem keamanan kontrol satelit dan melihat adanya kemungkinan untuk menggeser atau mengubah rotasinya. Ia sempat menggeser orbit satelit Cina dan membuat kliennya panik karena agak sulit mengembalikan orbit suatu satelit. Dengan bahan bakar ekstra, satelit tersebut akhirnya berhasil dikembalikan ke jalurnya. Tetapi untuk satelit Indonesia, Geovedi mengaku hanya mengubah rotasinya saja.
Saat ini ia menetap di London dan sering diwawancarai tentang sistem keamanan satelit, keamanan perbankan, dan penegakan hukum. Dalam wawancara dengan Deutsche Welle, Geovedi mengatakan bahwa dengan kemampuannya, ia bisa mengendalikan jaringan Internet di seluruh Indonesia, mengalihkan lalu lintas datanya, mengamati lalu lintas data yang keluar masuk, dan memodifikasi semua transaksi keuangan, namun ia tidak tertarik melakukannya. Media sering menyebutnya sebagai contoh orang-orang yang terkenal di industri IT dengan mengandalkan otaknya saja tanpa gelar akademik.
Tahun 2001, Geovedi mendirikan C2PRO Consulting, perusahaan konsultan TI umum untuk lembaga pemerintahan. Ia juga mendirikan dan mengoperasikan perusahaan konsultan keamanan TI Bellua Asia Pacific pada tahun 2004, kemudian berubah nama menjadi Xynexis International. Ia lalu mendirikan perusahaan jasa keamanan Noosc Global pada tahun yang sama. Ketika sistem telekomunikasi nirkabel baru masuk Indonesia tahun 2003, Geovedi sudah diminta menjadi pembicara di Kuala Lumpur tentang bahaya sistem tersebut. Pada tahun 2004, ia disewa Komisi Pemilihan Umum untuk mencari tahu pelaku penjebol pusat data penghitungan suara pemilu dan berhasil.
Geovedi mengaku pernah meretas dua satelit Indonesia dan Cina milik para kliennya. Saat itu ia diminta menguji sistem keamanan kontrol satelit dan melihat adanya kemungkinan untuk menggeser atau mengubah rotasinya. Ia sempat menggeser orbit satelit Cina dan membuat kliennya panik karena agak sulit mengembalikan orbit suatu satelit. Dengan bahan bakar ekstra, satelit tersebut akhirnya berhasil dikembalikan ke jalurnya. Tetapi untuk satelit Indonesia, Geovedi mengaku hanya mengubah rotasinya saja.
Saat ini ia menetap di London dan sering diwawancarai tentang sistem keamanan satelit, keamanan perbankan, dan penegakan hukum. Dalam wawancara dengan Deutsche Welle, Geovedi mengatakan bahwa dengan kemampuannya, ia bisa mengendalikan jaringan Internet di seluruh Indonesia, mengalihkan lalu lintas datanya, mengamati lalu lintas data yang keluar masuk, dan memodifikasi semua transaksi keuangan, namun ia tidak tertarik melakukannya. Media sering menyebutnya sebagai contoh orang-orang yang terkenal di industri IT dengan mengandalkan otaknya saja tanpa gelar akademik.