Dunia pendidikan kembali mendapatkan fitnahan yang menusuk hati guru, kali ini pernyataan dari Wagub DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang kontroversial terhadap guru,
Sebagaimana diketahui, kalimat yang disampaikan Ahok yang dikutip sejumlah media
online “Perilaku
guru saat ini sudah seperti maling,” demikian Ahok mengomentari tentang
dugaan kebocoran soal lelang jabatan kepala sekolah.
Secara intitusi pernyataan Ahok ini tidak dapat dibenarkan atau disalahkan. Sebagai orang nomor 2 di DKI Jakarta, tentu Ahok mendapatkan laporan dari bawahannya tentang kondisi yang ada dilapangan (saat lelang jabatan kepala sekolah). Namun ditilik dari sisi sosial dan budaya pernyataan Ahok ini tidak dapat dibenarkan, karena pernyataan Ahok yang tidak spesifik menyatakan pihak atau oknum guru yang dianggap pencuri. Sehingga ungkapan Ahok menyinggung hati guru yang tidak mengikuti seleksi kepala sekolah atau guru dari daerah lainnya di Indonesia yang telah benar-benar menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai guru.
Secara emosional pribadi guru sama persisnya dengan pribadi semua orang yang bertugas di instansi pemerintah atau swasta lainnya, yang menjadi perbedaan adalah guru bertugas untuk melaksanakan proses dan kegiatan pendidikan sebagaimana diatur dalam undang-undang. Sementara pribadi yang bertugas di instansi lain melaksanakan tugas yang berbeda-beda yang pada dasarnya sama yakni, membangun bangsa dan negara Indonesia.
Maka, bila tuduhan Ahok ini dimaksudkan untuk menuduh guru secara menyeluruh (nasional) tentu tidak dapat dibenarkan. terlebih guru yang dikenang sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa tidak semuanya berprilaku seperti yang dituduhkan Ahok. Meskipun mungkin terdapat oknum guru yang berbuat demikian. Namun, tidak dapat dipukul rata bahwa semua guru di Indonesia berprilaku seperti yang dituduhkan Ahok.
Menanggapi fitnahan dari Ahok, Ketua Dewan Pendidikan DKI Jakarta Prof Dr Margani
Mustar mengimbau guru tidak perlu membuat gerakan yang merugikan siswa. Margani mengatakan guru harus melihat pernyataan itu sebagai pernyataan personal,
bukan lembaga, sehingga harus disikapi secara bijak. “Namun yang saya
sesalkan adalah Wagub Ahok seolah mengeneralisir. Kesalahan yang
dilakukan segelintir orang dalam proses lelang jabatan kasek itu,
lalu semua guru dituding maling,” tambah Margani yang pernah menjadi
Kadis Pendidikan DKI Jakarta dan terakhir menjadi Deputi Gubernur Bidang
Pembangunan.
Pihaknya sedini mungkin telah melakukan tindakan untuk mencegah
kemungkinan para guru merespon pernyataan Wagub dengan keras, salah
satunya dengan aksi protes. Ia berbicara banyak dengan kepala sekolah
dan guru-guru, dan meminta tetap berkepala dingin dan bijak.
“Bayangkan
jika mereka menggelar aksi protes atau mogok, yang menderita adalah
siswa. Ingat, jumlah guru di Jakarta seratus ribu, dan bertanggung jawab
mendidik jutaan siswa,” kata Margani usai menghadiri Silaturahim dan Syukuran Pengerjaan Sarana dan Prasarana SMA dan SMK se-Jakarta Barat di Hotel Mercure, Ancol, Pademangan, Senin (30/12).
Silaturahmi komunitas pendidikan ini
dihadiri ratusan undangan, antara lain seluruh kepala SMA/K se-Jakbar,
anggota dewan pendidikan, dan Kadis Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi
Mulyanto.
Seharusnya Ahok berkaca diri tidak langsung membuat komentar yang berakibat fitnahan. Ahok sebagai orang yang berpengalaman dalam dunia politik tentunya lebih mengetahui siapa yang lebih banyak menjadi "pencuri". Orang politik-kah sebagai sosok yang diamanatkan oleh rakyat untuk menjaga wibawa negara dan kedaulatan NKRI ataukah guru yang hanya hidup berputar antara rumah, kelas, dan kantor.